Minggu, 20 Mei 2018

Tentang Rasa


" Menikah adalah nasib,
   Mencintai adalah takdir.
   Kau bisa berencana menikah dengan siapa,
   tapi tak bisa kau rencanakan cintamu untuk siapa.
   Puncak kangen paling dahsyat
   ketika dua orang tak saling sms, WA, email, telpon dan lain-lain,
   tapi diam-diam dua-duanya saling mendoakan.
   Mencintai itu kata kerja.
   Dicintai itu kata sifat.
   Tapi cinta bukan kata benda.
   Cinta itu kata hati. " 
   - Sujiwo Tejo

Aku rasa sepertinya tidak hanya aku yang melihat video di atas jadi senyum-senyum sendiri,, hmmh tapi kalau salah maaf ya, mungkin akunya yang terlalu baper, soalnya menurutku kalimatnya serasa  cukup mewakilkan kehidupan wkwkw

Hmmhh.. membahas tentang pendamping hidup. Sepertinya cukup perlu, karena hidup tidak hanya bermain dan senang-senang mulu. Usia kepala 2 adalah dunia dimana kita bukan lagi sebagai seorang remaja, tapi sudah memasuki awal baru fase kehidupan dewasa. Tetapi balik lagi juga, dewasa bukan ditentukan oleh umur, namun pemikiran dari diri sendiri. hidup untuk bermimpi, dan bermimpilah untuk hidup. salah satunya mengenai ini. Yang bakal bersama lo membangun istana kecil, dan juga orang yang dari bangun tidur sampai kembali tidur lagi orangnya itu-itu aja sampai akhir hayat, Aamiin.

Aku yakin, di antara kita ini, pasti sudah punya batas-batas minimum atau kriteria mengenai calon pendamping hidup kelak. paling tidak lo sudah menerapkan standar minimum pasangan lo ntar harus baik hati, sholeh, berbakti pada ortu, perhatian, ramah, rajin menabung, dan lain sebagainya. mungkin itu baru standar sifat. belum lagi standar fisik, pasangan kelak harus tinggi, putih, mancung, dan masih banyak lagi, yang tentunya untuk standar fisik ini mungkin harus dibatasi dan wajib tau batas, karena kita sendiri juga harus ngaca ya frend wkwkwkw 

mungkin itu pikiran yang langsung terngiang di kepala gw saat mendengar sepenggalan kalimat  pesan pak Sujiwo Tejo di atas, " Kau bisa berencana menikah dengan siapa".

Tapi, sebanyak apapun kriteria atau standar-standar yang sudah lo targetkan tadi, bisa saja seketika akan langsung hangus terlupakan, ketika sosok "dia" datang di kehidupanmu. Seseorang yang sefrekuensi dengan kita, berbincang hal-hal bodoh yang ngga perlu malah jadi lucu, selalu ada saat lo butuh, seseorang yang senang menghibur, dan intinya apapun sifatnya, lo merasa nyaman dengannya. dan bagaimanapun rupa sosok si 'dia' tadi, meskipun ngga sesuai sama kriteria yang sudah ditetapkan di benak awal, hal itu akan luntur ketika melihat senyumnya. dan rasa itu bener-bener ngga bisa direncanain kapan datangnya. 

Mungkin sepenggal kalimat pesan dari pak Sujiwo Tejo dapat menggambarkan maksudku dari paragraf di atas, " Tapi tak bisa kau rencanakan cintamu untuk siapa."

Kadang kalau lama ngga ketemu 'dia', pas ketemu pernah ngga sih suka curi-curi pandang wkwk rasanya deg-deg gimana gitu ga sih kalau ketahuan, bawaannya langsung nyari cicak di dinding.. hehehe maaf ya atas kealayan tulisan kali ini

atau saat stalking, tapi lo ngga pro banget dan kepencet love di instagram, atau follow, atau permintaan pertemanan secara NGGA sengaja. Seketika lo panik harus ngapain, takut 'dia' mikir aneh-aneh ke km, dan sebagainya. wkwk

namun di antara semuanya, mungkin ngga semua kita bisa nahan rasa kangen itu, karena puncak kangen paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling sms, WA, email, telpon dan lain-lain, tapi diam-diam dua-duanya saling mendoakan. Seperti rentetan kalimat pesan dari pak Sujiwo Tejo di atas.

Barusan saja gw liat di beranda instagram, ada temen gw bikin video pendek yang isinya sekilas seperti ini,
"kita terlalu takut untuk menyampaikan rasa, terlalu lama menyimpan rasa hanya untuk terlihat biasa.
hingga akhirnya dia pergi bukan untuk kita. hanya kecewa yang kita dapat."

mungkin untuk bagian ini, aku pribadi kurang setuju sih, karena menurutku tidak semua rasa harus diungkapkan. Terkadang memendam dalam diam itu perlu, meskipun mungkin sedikit butuh pengorbanan hati melihat dia bahagia dengan yang lain, bukan dengan diri kita. Entahlah. Menurutku itu suatu ujian dari Tuhan, apakah km bisa menahannya atau tidak.
Mungkin dengan kalian mengungkapkan rasa, bahagia rasanya ketika mengetahui 'dia' yang km suka mungkin juga menyukai km. Mungkin ending dari seseorang yang mengungkapkan rasa adalah 'pacaran'. namun, seperti yang dikatakan papa Pidi Baiq, tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah. hahah dan kalau km siap pacaran berarti km harus siap dengan rasa sakitnya apabila ditinggalkan.

Dari buku novel kesukaan gw, berjudul Ephemera, salah satu kalimat yang bikin jleb-nya adalah berikut, 
" Karena mencintai Tuhan berarti mencintai takdir yang diberikan. Menerimanya. Tak pernah menyesalinya." 

kalian percaya dan mengimani pesan Tuhan kan bahwa setiap yang ada di muka bumi ini diciptakan berpasang-pasangan? dan kalian mencintai Tuhan kan? kalau gitu, ngga usah takut ngga punya pacar atau sering dibilang jomblo. Karena sekarang mungkin belumlah tepat waktunya. Percaya dan yakin banget, nanti kita pasti bertemu kok.

dan di samping itu, aku ngga mau 'dia' yang pernah mengisi hari-hari (maksudnya momen-momen kepikiran dia haha,dsb), ketika akhirnya itu berakhir dengan putus pacaran, dan lo menjadi sangat benci dan marah saat mendengar namanya. Mendengar namanya saja sudah muak apalagi mengingat momen2 bersamanya. Gw pribadi sih ngga mau membuat memori buruk seperti itu. Oleh karena itu, menurutku tidak semua rasa harus diungkapkan.  Semisal kalian dari kubu 'perasaan harus diungkapkan', berarti kalian harus siap menerima jawaban dari 'dia' juga ya.. jangan memaksakan kehendak satu pihak, apalagi kalau sampai dukun bertindak :3 serem tauu.. naudzubillah.. ane habis nonton Karma di Antv nih soalnya serem liatnya. Semisal benar-benar bergejolak, ingat pesan Rasul ya gaes, berpuasalah!

dan ada kalimat yang kuingat dari Bung Fiersa Besari, "Kita yang sekarang adalah buah dari pilihan-pilihan yang kita pernah buat, oleh karenanya pikirkan matang-matang sebelum menentukan pilihan."

balik lagi, ke pesan di awal, bahwa puncak kangen paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling sms, namun diam-diam dua-duanya saling mendoakan :') berdoalah. 

terakhir,
secuil kalimat dari buku yang baru aja aku baca, sedikit mengena, oleh karena itu aku ingin merepost-nya disini.

" Tidak ada yang tetap dan menetap.
   Waktu bergerak. Benih bertumbuh. Air mengalir.
   Hidup bergulir layaknya segala sesuatu yang kita kenal.
   Kebahagiaan, ketenangan, kegelisahan, keresahan, kekhawatiran, dan 
   perasaan-perasaan, semuanya turut bertumbuh.

  Hari ini kita akan melatih kepekaan,
  melihat kembali jejak perjalanan yang telah dilewati,
  meneliti lagi jalan yang membentang di depan,
  mendengarkan ulang kata hati dan nasihat-nasihat,
  meraba perasaan-perasaan kita yang semakin samar.

  Ada begitu banyak hal berharga yang kadang terlewati begitu saja,
  ada kebahagiaan yang kerap kita lupa mengenalinya,
  dan ada kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu repot-repot kita bawa.
  
 Ada banyak hal yang luput tak tercatat,
 ada banyak hal yang terlupa karena tidak sempat kita abadikan.
 Akan kita ingat lagi: apa-apa yang sudah terjadi, apa-apa yang tengah kita lewati,
 dan apa-apa yang akan kita hadapi -- dengan satu harapan,
 semoga semuanya menjadi rasa syukur."

Buku Bertumbuh karya Kak Kurniawan Gunadi dan kawan-kawan.

Mungkin sekian cerita kali ini, makasih sudah membaca sampai akhir.
Salam hangat :)

Winda Nur Azizah